99 cahaya di langit Eropa" sebuah potret perjalanan sejarah islam di tanah biru
Sabtu 14 Desember 2013 atau tepatnya malam minggu gue pergi nonton
bareng Film "99 Cahaya di langit Eropa" sebuah kisah perjalanan seorang
muslimah yang sempat berkeliling 3 tahun di berbagai kota bersejarah di
tanah biru, Eropa. berbagai gambaran tentang masa kekhalifaan Utsmaniah
atau lebih dikenal dengan nama Kekaisaran Ottoman, sampai kejayaan Islam
di Cordoba dan Andalusia.
Sayangnya karena keterbatasan durasi dan lain-lain pada Film, akhirnya
terdapat minus pada pengembangan karakter pemain dan pesan positif yang
terkandung di dalam novelnya juga nggak bisa tersampaikan dengan baik.
tapi tetap masih memberikan efek yang cukup besar buat penonton, mulai
dari timbul keinginan untuk jalan-jalan ke Eropa sampe pengen cepet kawin biar ada yang masakin ikan Asin #efekFilm
Dan Akhirnya kesan temen gue yang nonton film tapi belum baca Novelnya
ngerasa bingung atau ngerasa gak dapet nilai positifnya, karna itu untuk
temen gue tersayang dan mungkin penonton lain yang merasakan hal yang
sama, berikut ini adalah gambaran sebuah kilasan potret jejak perjalanan
Islam di Kota Eropa yang kurang dapat dengan jelas disampaikan di dalam
film :
Kara Mustafa Pasha, Seorang panglima perang dari Turki yang pernah
menapakkan kaki di Wina untuk sebuah misi. Beliau pernah membawa
pasukannya ke kota ini untuk mencoba menaklukkan kota sebagai ekspansi
Islam ke Eropa pada masa kekaisaran Ottoman (kekhalifaan Utsmainah) di
turki. Perang yang berlangsung pada September 1683 itu dikenal dengan
Perang Wina. tapi upaya Kara Mustafa tidak membuahkan hasil sebagaimana
yang diharapkan, bahkan kegagalannya disebut-sebut diabadikan dalam
bentuk roti croissant (roti gandum berbentuk bulan sabit yang menyerupai
simbol bendera Turki), ada yang bilang memakan Croissant sama dengan
memakan (mengalahkan) Turki Ottoman. Setelah perang itu Kekaisaran
Ottoman tidak lagi memiliki Adidaya dan pertempuran itu juga yang
menandai titik balik konflik sepanjang 300 tahun antara Eropa Tengah
dengan Kerajaan Ottoman. Di Wina ada sebuah museum yang mengabadikan
lukisan Mustafa Pasha tepatnya di Wien Stadt Museum. Namun lukisan itu
dipajang bukan layaknya sebuah foto Pahlawan tapi untuk menunjukkan
kebencian orang Austria terhadap sosok Panglima perang itu. Di permukaan
kanan atas lukisan ada tulisan dalam bahasa Jerman Kuno : grand
vizier; Residenz Stadtwien; Belagert; Verlussr; modern (Panglima perang;
masyarakat kota wina; mengepung; kehilangan/kerusakan; pembunuhan). pelukis mengatakan bahwa Kara Mustafa adalah panglima perang yang menggempur Wina dan mengakibatkan kerugian dan kematian.
PARIS
Museum Lovre, salah satu musium terlengkap di dunia yang terdapat di
paris ini memajang lukisan Bunda Maria dan Yesus, dimana di pinggiran
kerudung Bunda Maria yang dipakainya terdapat lafaldz "La ilaha
illallah", lafaldz tauhid islam, kok bisa ya? begini lah ceritanya, pada
suatu hari di masa kejayaan Islam di Turki dulu orang Eropa yang suka
terhadap seni sering berkunjung ke Turki untuk mendalami kesenian
termasuk didalamnya melukis, di duga apa yang digoreskan oleh pelukis di
lukisan bunda maria itu adalah ketidaksengajaan dan bagian dari seni
melukis yang ia pelajari. lafadz "La illaha illallah" pada kerudung
bunda maria dikenal dengan "kufic", kaligrafi Arab yang termodifikasi
sedemikian rupa hingga terlihat berbeda dari tulisan yang sebenarnya.
Untuk bisa membaca sebuah kufic dibutuhkan orang yang ahli.
Monumen Arc de Triomphe |
Di Paris juga ada Monumen Arc de Triomphe yang memiliki garis lurus
sempurna dengan Museum Louvre. Garis ini disebut Axe Historique atau
garis imajiner yang tepat membelah kota paris, dan jika ditarik lurus
tepat mengarah ke ka'bah di Mekkah. kenapa bisa? Konon ini merupakan
bagian dari Napoleon Bonaparte terhadap peradaban Islam, ia amat
terkesan dengan Islam dan seluk beluknya, meskipun secara tradisional
Perancis adalah musuh bebuyutan seluruh imperium Islam sejak Perang
Salib. Namun pengangkatannya sebagai Kaisar Perancis memungkinkannya
mengimplementasikan kekagumannya dalam berbagai aspek penyusunan tata
kota Paris, termasuk pembangunan Monumen Arc de Triomphe.
Kelurusan Monumen Arc de Triomphe terhadap arah Kiblat |
Mihrab Mezquita Cathedral, Cordoba |
CORDOBA - SPANYOL
Kota Seribu Cahaya yang disandang oleh kota perancis karena kemegahannya
di malam hari, terlebih dahulu adalah julukan yang diberikan kepada
Cordoba, karena kemajuan kota itu pada masa kejayaan Islam. Pada malam
hari jalanan kota Cordoba dihiasi dengan lampu-lampu yang megah hingga
membuat Cordoba terlihat indah dimalam hari. sewaktu itu belum ada kota
di Eropa yang mampu menandingi kemegahan dan keindahan kota ini. Di kota
ini pernah ada perpustakaan yang sangat besar. semua manuskrip tentang
ilmu pengetahuan dan kitab disimpan disini dan menjadikan rujukan utama
bagi peradaban saat itu. Kota ini adalah saksi sejarah dimana ilmu
pengetahuan dan agama dapat bersanding dengan begitu serasinya. Dan
kemudian munculah para ilmuwan-ilmuwan Islam seperti Ibnu rush atau yang
lebih dikenal dengan nama Averrous oleh orang barat, dan masih banyak
lagi ilmuwan Islam yang lainnya, sehingga teknologi berkembang dengan
pesat di kota ini. Hal ini yang membuat cemburu kota-kota tetangga.
Semua penduduknya hidup dalam keadaan makmur. Hingga ketika kota ini
harus hancur dan jatuh ke tangan tentara salib karena pertikaian
internal yang ada. perpustakaan itu pun dibakar dan manuskrip yang
berisi ilmu pengetahuan dicuri oleh tentara perang.
Satu hal lagi yang menarik dari kota Cordoba ini adalah Gereja Mezquita
Cathedral, Gereja ini dahulunya adalah Masjid yang besar di tanah Eropa
yang didirikan pada tahun 785 oleh Abdurahma I dari dinasti Umayyah.
Yang menarik adalah posisi Mihrab Masjid ini tidak tepat mengarah ke
Ka'bah, alasannya? karna ternyata pendiri masjid ini adalah orang yang
toleran. Di samping masjid ini ada Gereja, sehingga dengan alasan agar
tidak mengganggu gereja tersebut maka Mihrab dibuat tidak menghadap ke
kiblat alias agak menyimpang dari arah yang seharusnya. walaupun begitu
tentu saja shalat di masjid ini tetaplah menghadap kiblat. sampai saat
ini Mihrab di masjid masih dijaga dengan baik sebagai bukti sejarah
Islam. Tapi sayangnya masjid ini sudah tidak bisa lagi digunakan untuk
shalat karena telah beralih fungsi menjadi gereja katedral.
Itulah kilasan singkat yang harusnya bisa disampaikan di dalam film "99
Cahaya di langit Eropa" part 1, semoga saja bisa melengkapi informasi
positif yang hanya disampaikan dengan senyuman oleh ahli sejarah
(Marion) di dalam film, dan untuk yang nemenin gue nonton, semoga gak
kapok untuk tetep nemenin gue nonton 99 Cahaya di langit Eropa" part 2
ya.. karna nanti di Part-2 akan ada keindahan kota Cordoba, Granada dan
Istambul (Turki).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar